Medan – Lifaktual : Puluhan massa yang mengatasnamakan
Gerakan Mahasiswa Peduli Pendidikan untuk Rakyat (Gempur) melakukan aksi damai
dihalaman kantor Walikota Medan dan DPRD Kota Medan, Selasa (27/09) siang.
Dalam aksinya mereka menuntut Walikota Medan segera
mengganti Kadis Pendidikan "Hasan Basri" serta memberantas mafia
pendidikan yang telah merekayasa penyisipan siswa dan penambahan lokal di
beberapa sekolah negeri favorit di Medan.
Koordinator aksi, Riko Putra mengungkapkan, siswa sisipan
sudah di luar petunjuk teknis (juknis) yang telah disepakati. Karenanya, massa
meminta kepada aparat kepolisiann untuk mengusut tuntas dugaan adanya siswa
‘siluman’ di beberapa sekolah negeri favorit di Medan. Dan kami meminta kepada
Polresta Medan untuk mengusut tuntas kursi siluman, karena sudah di luar juknis
atau prosedur PSB, katanya.
Dengan begitu, mereka meminta agar Kadisdik Kota Medan Hasan
Basri dicopot dari jabatannya. Bukan itu saja, massa juga meminta agar Hasan
Basri dinonjobkan alias tidak dilibatkan lagi dalam jabatan strategis di Pemko
Medan.
Menyikapi tuntutan massa Gempur tersebut, Asisten
Pemerintahan (Aspem) Daudta P Sinurat hanya bisa mengatakan, dirinya akan
menyampaikan aspirasi tersebut ke Wali Kota Medan Rahudman Harahap. “Saya
berjanji, masalah ini akan saya laporkan dan sampaikan ke pimpinan (wali kota,
Red),” katanya.
Usai melakukan aksi di Balai Kota Medan, massa melanjutkan
aksi di gedung DPRD Kota Medan. Mereka meminta agar DPRD Medan ikut berperan dalam
memberantas mafia pendidikan. Bukan sebaliknya, malah menjadi mafia pendidikan.
Kita minta kepada dewan untuk segera merekomendasikan penonaktifan Hasan Basri
dari jabatannya agar mafia pendidikan dapat diberantas,” kata Abdul Malik,
seorang pengunjuk rasa.
Sementara itu, berselang dua jam kemudian, sejumlah guru
mengadu ke Komisi B DPRD Kota Medan. Mereka menuntut kesejahteraan guru yang
tidak merata yang dilakukan Dinas Pendidikan Kota Medan.
Marudut, mewakili guru juga meminta kepada dewan untuk memperjuangkan
kesejahteraan kami dengan mendesak wali kota melakukan revisi terhadap Perwal
Nomor 3 Tahun 2011 tentang penggajian dan tambahan penghasilan bagi PNS Pemko
Medan. Karena Perwal tersebut tidak memihak dan terkesan pendiskriminasian
terhadap profesi guru negeri di Kota Medan, ujarnya.
Menyikapi pengaduan itu, Ketua Komisi B DPRD Kota Medan Roma
P Simaremare meminta Wali Kota Medan Rahudman Harahap untuk mengkaji ulang
Peraturan Wali Kota (Perwal) Nomor 3 Tahun 2011 tentang penggajian dan tambahan
penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemko Medan.
Untuk itu, Komisi B DPRD Kota Medan akan melakukan
konsultasi ke Dirjen Keuangan Kementerian Keuangan sebagai bahan untuk
menyampaikan pertanyaan kepada Wali Kota Medan dalam hal ini Dinas Pendidikan
Kota Medan mengenai pendiskriminasian kesejateraan bagi para PNS, khususnya
guru-guru di Kota Medan.
Sementara, Generasi Muda Siap Wujudkan Gerakan Moral bagi
Perubahan Bangsa melakukan seminar atas keprihatinan dengan maraknya korupsi
di Sumatera Utara, Rendahnya Indeks Pelayanan Publik dan Maraknya ‘Kelas
Siluman’ di Kota Medan, Sabtu (24/9) di Hotel Grand Antares, Medan.
Seminar dihadiri ratusan peserta dari kalangan mahasiswa
dari berbagai kampus di Kota Medan seperti USU, Unimed, IAIN, UISU, UMSU, UMA,
Amir Hamzah, dan sebagainya, pelajar dari berbagai sekolah, OKP, LSM, dan Ormas
di Kota Medan diikuti secara antusias oleh peserta. Tampil sebagai pembicara
Direktur Pembinaan Masyarakat Polda Sumut; Kombes. DR. Hery Subiansauri, SH,
M.Si, dari Dewan Harian Daerah 45 Sumatera Utara; Drs. Oliv Sudjali, Pengamat
Sosial Politik; Drs. Shohibul Anshor Siregar,M.A;praktisi pendidikan Sumatera
Utara; Dr. Robert Valentino Tarigan, S.Pd dan ketua DPD Komite Nasional Pemuda
Indonesia (KNPI) Kota Medan, Zulham Effendi Siregar, ST.
Kombes (Pol). DR. Hery Subiansauri, SH, M.Si dalam
makalahnya mengatakan bahwa kondusifitas suatu bangsa dan daerah sangat penting
demi terwujudnya stabilitas ekonomi. Untuk itulah, tugas kepolisian menciptakan
rasa aman atau kondisi yang kondusif di tengah – tengah masyarakat. Masyarakat
membutuhkan rasa aman jadi masyarakat butuh polisi dan polisi harus datang dan
merangkul masyarakat.
Dr. Robert Valentino Tarigan, S.Pd, praktisi pendidikan
Sumatera Utara mengatakan bahwa permasalahan dari semua problematika bangsa
adalah rendahnya kepedulian pemimpin pada rakyatnya serta rendahnya pendidikan
karakter generasi muda bangsa. Salah satu solusi dari berbagai permasalahan
bangsa adalah perlunya pendidikan karakter dan pendidikan anti korupsi terutama
kepada generasi muda bangsa. Penyebab dari merosotnya moral generasi muda saat
ini seperti genk motor yang marak terjadi di Kota Medan karena pendidikan lebih
mengarah kepada mengajar, bukan mendidik. Perubahan bangsa harus dimulai dari
diri sendiri dengan bertekad tidak melakukan korupsi baru kekeluarga, lingkungan,
masyarakat dan negara.(Ep/Lifaktual)